Jumat, 13 September 2013

transportasi jakarta "semrawut"


Ini ane rasakan sudah beberapa minggu terakhir.. Entah ane yang makin sensitif terhadap sit-kon jalanan atau memang sit-kon jalanan yang semakin beringas..?
Jadi begini.. Masih ingat dong kisah kecelakaan bro Prast yang pernah ane tulis beberapa minggu lalu, sejak itu ane jadi paranoid setiap riding dekat-dekat angkutan umum. Apa itu angkutan umum yang ane maksud?
  • Mikrolet
Nah, ini dia angkutan umum yang menurut ane paling berbahaya, dengan form-factor dan ukuran body-nya yang terbilang singset, sebuah mikrolet dapat bermanuver dengan sigap dan cepaaath.. Sayangnya si sopir kadang cuek bebek dengan kondisi sekitarnya. Sudah gak terhitung ane dengar cerita maupun melihat sendiri tabrakan antara sepeda motor dengan mikrolet.bener banget mikrolet seharusnya diperbaiki atau diganti

  • Metromini/Kopaja
Kalau ini lebih menyeramkan lagi.. Bayangkan aja dengan berat hampir 2x lipat mikrolet tapi gesitnya na’ujubileee..  Ciri khas metromini/kopaja di Jakarta adalah pindah jalur seenak udel, berhenti di mana saja hingga mengerem dan betot gas mendadak. Tambahan lagi.. Kalau sedang riding jangan sekali-kali dekat benda menyebalkan ini. Jika ente berada di belakangnya, ia bisa mengerem mendadak dan jika ente berada di depannya jaga jarak..karena ia bisa menyeruduk setiap saat dan badan ente bisa-bisa tergilas di kolong, dan mungkin ente enga akan naik kopaja lagi.

  • Bajaj 3 roda – 2 tak
Yang satu ini, meskipun merknya Bajaj..tapi rodanya 3 dan mesinnya 2 tak. Hanya Tuhan dan sopir yang tahu kapan dan di mana ia akan belok. Bagi ane bencana terbesar adalah berada di belakang Bajaj. Jika demikian ane rela menahan napas sampai hampir pingsan.. Kalau tidak pastilah penghuni kebun binatang keluar dari balik helm ane. Satu lagi yang harus diperhatikan. Sopir Bajaj ane perhatikan hampir tidak pernah melirik ke spion ketika bermanuver. Jadi…waspadalah..!

  • Bis Kota
Yang dimaksud di sini adalah bis kota yang asapnya juga tak kalah menyebalkan. Heran deh..pemerintah DKI Jakarta seolah cuek saja dengan kondisi ini. Perilaku sopir tak kalah heboh dibanding angkutan umum yang lain. Ia tak akan segan-segan menyerempet ente jika ia hendak belok.

Nah.. dari jenis angkutan umum tadi, ane dapat mengambil benang merah perilaku pengendaranya yang ternyata mirip alias tipikal.
  • selalu terburu-buru, maklumlah kejar setoran
  • tidak peduli pengguna jalan lainnya
  • tidak peduli peraturan lalu-lintas
  • tidak segan adu fisik dan memanggil kawannya jika terjadi keributan
  • tidak segan adu fisik kendaraan, ya maklum lah kondisi kendaraan sudah reyot..nothing to loose..
Bagi kawan-kawan pembaca yang berniat riding di Jakarta dan barangkali belum mengenal tipikal tingkah polah angkutan umum, berhati-hatilah.. Paling tidak lakukan tips berikut (ane rangkum sesuai pengalaman)
  • selalu riding di jalur lambat di lajur kanan, karena di halte berikutnya si angkotum akan segera banting arah mendadak ke kiri. Jika ente di kiri, pasti ente menyesaall…
  • jauhi knalpot angkotum jika ente masih sayang paru-paru
  • jauhi rute menuju terminal. Pasti MACET
Well..artikel ini bukan bermaksud mengajak pembaca untuk tidak naik angkutan umum, namun semoga saja ada pembaca yang mau sedikit beraksi atau mungkin ada pejabat pem-prov yang masih peduli terhadap pelayanan publik ini. Masyarakat memilih transportasi pribadi karena angkutan umum semakin buruk kualitas pelayanannya. Apakah penduduk Jakarta sudah terlalu terbiasa sehingga tidak ada yang komplain ke kantor pelayanan publik? atau mereka terlalu malas berurusan dengan aparat pemerintahan?


dan insyallah pemerintah jakarta akn membuat MRT atau name kerennye jakarta eco transport menurut ane si gitu tau deh





ASSALAMUALIKUM SALAM PLKJ SPORT DARI MOHAMMAD RIZKI ALFIANSYAH SMPN 7 JAKARTA TIMUR

Jumat, 06 September 2013

Banjir Jakarta, Kampung Pulo Terendam 2,5 Meter

Banjir Jakarta, Kampung Pulo Terendam 2,5 Meter
Banjir di kawasan Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir kembali menggenangi permukiman warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, akibat meluapnya Kali Ciliwung. Air merendam permukiman warga setinggi 2,5 meter sejak Rabu dinihari, 13 Februari 2013.

Wakil Ketua RT 03 RW 03, Endang Suherman, 44 tahun, mengatakan air mulai masuk ke permukiman warga sekitar pukul 01.00 dinihari dan mencapai tinggi 40 sentimeter. Namun, air kembali naik hingga hampir 3 meter. "Terus naik hampir 3 meter jam 04.00, sekarang sudah surut sekitar 2,5 meter," kata Suherman ditemui di Gang V Kampung Pulo, Rabu, 13 Februari 2013.

Menurut dia, belum ada warga yang mengungsi karena warga masih bertahan di lantai dua rumahnya. "Kalau (air) sampai lantai dua pasti mengungsi, apalagi sekarang listrik sudah dimatikan," ujarnya.

Saat ini, kata dia, ketinggian air di Katulampa mencapai 50 sentimeter. Menurut dia, jika Bogor tidak kembali hujan dan air laut tidak pasang, banjir akan cepat surut. "Mungkin sore akan surut, tapi kalau Bogor hujan pasti naik lagi airnya."

Lurah Kampung Melayu, Bambang Pangestu, mengatakan banjir merendam permukiman warga di 8 RW Kampung Pulo. Namun, hanya 55 RT yang terendam dari 112 RT di 8 RW tersebut. "Ada 7.745 jiwa yang terendam banjir dengan 2.899 KK (Kepala Keluarga)," kata Bambang kepada Tempo.

Menurut Bambang, air yang merendam permukiman warga mencapai 50 sentimeter hingga 2,8 meter.

banjir 2013

Banjir Jakarta 2013, Tumpukan Masalah Ibu Kota

Dalam sekejap, dinyatakan status Jakarta darurat banjir.

banjir,jakartaBanjir menenggelamkan Jalan Thamrin di kawasan Bundaran HI, Kamis (17/1). (Gloria Samantha)
Warga Jakarta menghadapi musibah besar tatkala banjir melanda seluruh wilayah Kota Jakarta pada Kamis (17/1), dan melumpuhkan segala akses.
Tak hanya layaknya banjir empat hari terakhir yang dialami oleh beberapa titik, wilayah yang memiliki daya dukung lingkungan lemah, banjir satu ini terbilang hampir merata. Kawasan Bundaran HI di jantung Jakarta serta Istana Negara pun tidak luput dari kepungan banjir. Dalam sekejap, status Jakarta darurat banjir diberlakukan hingga sepuluh hari ke depan.
Hujan turun sejak malam hari beranjak subuh, dengan intensitas yang tinggi disertai petir. Peringatan dini mulai disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada pukul 08.00 WIB.
Namun cuaca ekstrem tidak bisa terus disalahkan, menurut sejumlah pakar di beberapa bidang, banjir Jakarta merupakan gabungan dari faktor cuaca ekstrem dan lebih-lebih, faktor kompleksitas Jakarta.
Jika dilihat dari curah hujannya pun, curah hujan pada periode Januari 2013 lebih rendah dibanding curah hujan saat banjir Jakarta tahun 2007 lalu. Artinya, situasi ini terjadi melibatkan masalah penataan air dan penataan ruang. Tata ruang Jakarta butuh pengendalian yang berorientasi antara lain pada kepadatan populasi dan pemisahan area.
Secara geografis, Jakarta adalah kota yang berada di delta dan rentan terhadap banjir. Ahli hidrologi di Pusat Studi Bencana UGM Yogyakarta Sudibyakto, menjelaskan, banjir meningkat baik frekuensi maupun intensitasnya oleh karena kerusakan lingkungan kian parah.
"Kapasitas tampung Sungai Ciliwung sudah terlampaui, akibat pendangkalan dan adanya penambahan intensitas air permukaan. Sumbangan air limpasan dari sistem jalan tol juga sangat signifikan. Koefisien aliran di jalan tol mendekati 90 persen," kata Sudibyakto.
Arsitek dan urban planner Marco Kusumawijaya dari Rujak Center for Urban Studies (RCUS), mengetengahkan bahwa permasalahan aliran air di permukaan terus bertambah karena tanah tidak mampu lagi meresapkan air.
"Kami usulkan pendekatan lestari, yaitu perbaikan lahan di hulu dan hilir, supaya menyerap air lebih banyak. Ketimbang memilih pendekatan infrastruktur dengan membuat saluran dan kanal," ujarnya.
Kapasitas masyarakat
Di samping itu, aspek budaya masyarakat menjadi satu pekerjaan rumah lagi yang perlu dibenahi.
banjir,jakartaBanjir menggenangi kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (17/1). Para pekerja di sekitar lokasi terpaksa dievakuasi menggunakan perahu karet. (Gloria Samantha/NGI).
Hery Harjono, Direktur Asia Pasific Center for Ecohydrology (APCE)—perwakilan lembaga untuk UNESCO yang dibiayai pemerintah di bawah LIPI, yang secara terpisah dijumpai National Geographic pada sebuah kesempatan di Jakarta pada awal minggu ini, menyatakan, "Pembangunan kapasitas masyarakat di segala lapisan haruslah ditingkatkan untuk mengurangi risiko bencana banjir."
Hery mengingatkan, persepsi masyarakat dalam menanggapi bencana kerap menjadi hambatan di lapangan. Contoh, banyak masyarakat tidak mau mengevakuasi diri bila bencana sudah terjadi, apalagi pindah dari huniannya yang rata-rata rawan banjir tersebut. Kalau saja pembangunan kapasitas masyarakat tidak mendukung, maka segala skenario penanggulangan bencana akan percuma.
Ia juga berpendapat teknologi dan pengetahuan mampu mengatasi banjir Jakarta, meski tidak mudah dalam jangka waktu pendek. "Sekarang masalahnya sudah menumpuk jadi satu. Tapi saya yakin bisa direhabilitasi, diselesaikan, dengan upaya tinggi melalui edukasi yang baik, kebijakan pengelolaan sumber daya air yang baik."
Masyarakat Jakarta serta-merta diimbau menuju kepada masyarakat tangguh bencana, yang antisipatif dan adaptif menghadapi bencana. Terutama banjir yang terus berulang di saat puncak hujan sampai setumpuk masalah dapat diatasi.
(Gloria Samantha. Sumber: Kompas)